PELAN-PELAN SAJA; UNTUK SEORANG TEMAN

gendovara

PELAN-PELAN SAJA; UNTUK SEORANG TEMAN

Lelaki itu terhenyak, berkali-kali dia menghela nafas panjang, menarik oksigen sebanyak mungkin. Lalu menghembuskan dengan pelan melalui mulutnya yang kelu seolah-olah sedang mengeluarkan asap rokok, sementara disampingnya sebatang rokok dibiarkan menyala diatas asbak tidak tersentuh.

Batangan rokok itu sepertinya tidak menarik lagi untuk diisap. Lelaki itu sibuk dengan gundah hatinya. Sudah hampir satu bulan dia kehilangan gairah, hidupnya menjadi monoton setiap hari penuh dengan gelegak hati yang tak menentu. Bercampur dengan resah isi kepala yang membuncah menerjang isi batok kepala dan selalu menyeret kepada satu kenangan masa lalu

“Semua ini terlalu cepat,” pikirnya sembari mengadili diri sendiri.

Kembali lelaki itu menyesali keadaan yang terjadi lalu mengulang lagi ketertegunannya. Memandang dengan tatapan mata tidak jelas, terkadang genangan airmata mengisi pelupuk matanya. Tangannya seolah kaku, tidak mampu untuk memantik imajinasi, gagal menjadi katalisator otaknya untuk merangkai gagasan ke dalam lembaran kertas.

Sejak keadaan itu berubah 180 derajat, semuanya menjadi stagnan. Lelaki itu kehilangan jati dirinya. Dia yang biasanya kuat tiba-tiba ambrol seperti longsoran tanah di musim hujan. Longsor tanpa hadangan sedikitpun sampai ke tempat paling rendah. Menerjang semua keakuannya, mematikan keteguhan hatinya.

“Beginilah cinta, deritanya tiada akhir,” dia berguman, menirukan tokoh Cu Pat Kay dalam film serial Sun Go Khong. Sesaat dia sadar, bahwa ini bukanlah kisah sinetron. Ini adalah kenyataan tapi hatinya selalu tidak dapat dibohongi. Sosok perempuan itu begitu imajinatif, mampu menyentuh relung hati yang terdalam.

“Tidak seharusnya aku membuka hati,” sesalnya berkali-kali.

“aku tidak mengindahkan peringatan yang berkali-kali disampaikan nuraniku, bahwa aku tidak boleh membuka hati,” kembali ingatan itu menghujam dirinya, laksana seorang Gladiator yang terhujam pedang para Warrior Roma.

Kesadaran itu datang terlambat. Kini saatnya lelaki itu menerima hatinya terluka karena berani jatuh cinta. Terluka karena saat cinta itu menyeruak, saat itu pula perpisahan menjadi ujung cerita. Butuh waktu panjang untuk dia bangkit kembali menjadi seperti sedia kala.

…Lepaskanlah ikatanmu dengan aku

Biar kamu senang

Bila berat melupakan aku

Pelan-pelan saja…

Reffrain lagu Kotak Band yang berjudul “pelan-pelan saja” terdengar sayup-sayup dari MP3. Seolah mewakili pernyataan perempuan itu dan menghantarkan si lelaki kedalam sesalnya semakin dalam, entah sampai kapan. (230310)

Total
0
Shares
6 comments
  1. tumben. gendo misterius dalam tulisannya. soal siapa nih? 🙂
    =============================
    @anton:
    ada seorang kawan yang sedang patah hati, setiap hari selalu mendengarkan lagu Kotak Band.
    tidak mampu bekerja, hanya merenung,
    kata dia: “jangankah jatuh cinta , kalo tidak berani sakit hati”

    hahahaaha

  2. luung bli, cocok bersanding dengan jengki penyair bernanah…
    btw, penempatan tanda koma sebelum tand akutip dalam petikan langsung ya. hahaha panga ade gen komentar. soalne isinya saru. TERUSKAN!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Pendobrak itu Telah Berpulang; (Mengenang Wahyu)

Next Post

PEMILUKADA; 5 MENIT UNTUK 5 TAHUN

Related Posts